Rabu, 01 Maret 2017

Caption dalam Foto Jurnalistik

Caption dalam foto jurnalistik terkadang mampu menggiring mata untuk kembali melihat foto. Ia seakan menghembuskan nafas untuk menghidupkan foto dengan memberi pendalaman terhadap sebuah peristiwa. Ia mempertemukan foto dengan konteksnya dan membantu pembaca untuk membangun pemahaman akan sebuah cerita dari si foto.
___

Fred S. Parrish dalam Photojurnalism: An Introduction, menjabarkan bahwa caption membantu mengarahkan perspektif sebuah foto dan menjelaskan detail informasi yang tidak ada dalam gambar, membingungkan, atau tidak jelas.
___
Mengutip Cartier Bresson, ia menambahkan bahwa caption seharusnya tidak mengulang informasi yang sudah tertampung dalam gambar. Waktu pembaca terlalu berharga dan ruang pada media cetak terlalu sempit jika hanya untuk mengulang-ulang informasi. Karenanya, untuk membuat caption yang tersusun dan rapi tentunya dibutuhkan panduan yang baik, berikut adalah susunan yang baik dalam membuat caption:
Who (Siapa)
  • Nama subjek terfoto. Selalu tanyakan bagaimana mengejanya supaya tidak salah dalam penulisan.
  • Tanyakan umur, jika dalam foto memuat anaknya tanyakan juga umurnya dan duduk di kelas berapa si anak bersekolah.
  • Tanyakan alamat subjek tinggal.
  • Nomor telepon jika di butuhkan untuk informasi dan/atau konfirmasi.
  • Tanyakan hal-hal lain yang relevan dengan diri subjek, misalnya apa pekerjaannya dan bagaimana kehidupannya.
  • Saat memotret personal militer berusahalah agar memperoleh nama dan kesatuannya. Jangan berasumsi satu pasukan berasal dari kesatuan yang sama. Sebagian mereka bisa berasal dari marinir atau justru pasukan yang berbeda.
What (Apa)
  • Selalu identifikasi peristiwa dengan benar secara menyeluruh. Misalnya untuk sebuah acara parade sekolah, jangan lupa menyertakan keterangan apakah itu acara tahunan dan seterusnya.
  • Pastikan akurasinya, jangan menduga-duga.
  • Cari informasi yang spesifik tentang apa yang ada di dalam foto.
When (Kapan)
  • Tulislah hari dan bulan yang relevan. Jika foto dibuat dan kemudian dimuat pada tahun yang sama maka keterangan tahun boleh saja tidak ditulis, namun jika pemuatan foto setelah tahun tersebut maka tahun pembuatan harus di cantumkan. Yang penting untuk diperhatikan adalah perbedaan antara foto dibuat dengan peristiwanya. Sering kali foto jurnalistik dibuat sesaat setelah peristiwa terjadi.
  • Pada peristiwa tertentu jurnalis foto harus tahu waktunya dengan pasti, misalnya sebuah kebakaran berawal pada pukul 8.20 WIB dan seterusnya.
Where (Dimana)
  • Carilah data lokasi peristiwa dengan lengkap: nama jalan, desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya.
  • Carilah data tempat yang lebih spesifik. Misalnya nama gedung, atau pemilik tempat.
Why (Mengapa)
  • Pastikan memperoleh data Why dengan benar (valid). Misalnya kenapa sebuah acara diadakan di atas danau, seorang Ibu menangis pilu, dan seterusnya. Atau keterangan berupa sebab dari suatu kejadian. Seringkali data-data tentang why ini tidak dibutuhkan dalam penulisan caption, tapi jurnalis foto memerlukannya untuk menjelaskan fotonya.
Keterangan foto lengkap yang memuat semua informasi cerita dalam foto. Caption yang lengkap biasanya disertai kelengkapan data 5W + 1H. Penulisannya berformat gaya penulisan berita, yang dapat menjawab semua pertanyaan terkait foto.
Berikut adalah beberapa foto yang saya coba paparkan kedalam foto jurnalistik beserta captionnya
Banyaknya pengunjung Sunday Morning UGM, Yogyakarta, berbagi ruang gerak dengan area parkir di jalan depan FKH UGM pada Minggu (5/1)
Seorang pengunjung menggendong anaknya ketika berjalan melewati pasar tumpah di Sunday Morning, UGM, Yogyakarta (5/1)
Sumber:
  1. Foto Jurnalistik, Taufan Wijaya, PT Gramedia Pustaka 2014
  2. Sumber foto oleh @enaliyuddin

Sabtu, 07 Januari 2017

Persepsi: Pengertian & Jenis

Persepsi

Persepsi (latin perceptio, percipio) adalah sebuah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi meliputi semua sinyal dalam sistem syaraf, yang merupakan hasil dari stimulasi fisik atau kimia dari organ pengindra (wikipedia.org/wiki/persepsi).
Berdasar pada keterangan diatas, persepsi diarahkan sebagai tindakan penciptaan makna atas pemikiran atau pengalaman tertentu sebagai tolak ukurnya. Artinya, persepsi mengolah informasi atas data-data yang sebelumnya pernah diterima, entah melalui pendengaran, melihat, merasakan langsung atau melalui dorongan tertentu atas dasar kehendak, yang akhirnya menjadi pandangan orang tersebut terhadap lingkungannya.
Persepsi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Misalnya, penglihatan yang merupakan cahaya yang mengenai retina pada mata, penciuman hidung yang memakai molekul bau (membaui, aroma), dan pendengaran yang melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah penerimaan isyarat secara pasif, tetapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, harapan, dan perhatian. Persepsi bergantung pada fungsi kompleks sistem syaraf, tetapi tampak tidak ada karena terjadi di luar kesadaran (wikipedia.org).
Kegiatan persepsi sering kali dikaitkan dengan ilmu psikologi. Hal ini wajar, karena segi keilmuan yang dimilikinya memang merupakan cabang ilmu psikologi. Dikuatkan pula dengan sumber-sumber juga filsuf pengembang keilmuan persepsi yang merupakan para pakar ilmu psikologi.

Jenis

Proses pemahaman terhadap rangsangan atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan terbaginya persepsi kedalam beberapa jenis, diantaranya ialah:
  1. Persepsi Visual
    Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, serta mempengaruhi bayi juga balita dalam memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
    Persepsi visual merupakan hasil dari apa yang kita lihat baik sebelum melihat atau masih membayangkan dan sesudah melakukan pada objek yang dituju.
  2. Persepsi Auditori
    Persepsi auditori di dapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
  3. Persepsi Perabaan
    Persepsi perabaan didapatkan dari indera taktil, yaitu telinga.
  4. Persepsi Penciuman
    Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
  5. Persepsi Pengecapan
    Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah.
  6. Persepsi Selektif
    Persepsi selektif adalah menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat seseorang yang berdasarkan pada minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap.

Note:

  • Persepsi adalah tindakan pengambilan keputusan atas informasi dan data yang telah ada atau pernah dialami sebelumnya untuk mengambil tindakan dan pandangan pada lingkungan sekitarnya.
  • Persepsi berbeda dengan sensasi, sensasi hanya perasaan atau penilaian sementara yang keputusannya hanya berdasar pada apa yang di depannya atau dilihatnya atau dirasakannya.
  • Persepsi hampir serupa dengan opini (atau memang itu).

Sumber:


Kamis, 05 Januari 2017

Interpretasi Simultan (Simultaneous Interpreter)

Simultan

Merupakan sebuah proses atau kegiatan yang memungkinkan si pelaku melakukan komunikasi lintas bahasa dan budaya secara langsung di waktu dan tempat yang sama. Pelaku dari SE (Simultaneous Interpretation) sendiri ialah seorang penerjemah profesional, yang terlatih untuk mendengarkan dan memahami bahasa asing pada waktu yang sama (tanpa jeda atau halangan).
Kemampuan seorang SE sebenarnya merupakan kemampuan khusus, bukan hanya dinilai dari penguasaan bahasa saja. Di dalamnya mengandung penilaian pelafalan dan mendengarkan, memahami budaya dan bahasa asing sekaligus. Untuk menguasainya, seorang SE memiliki pendidikan dan pelatihan khusus. Tidak serta merta semua penerjemah (translator) dapat menajdi seorang SE.

Perbedaan Translator dengan Interpreter

Baik translator maupun interpreter sebenarnya sangat baik, terampil juga mampu berkomunikasi dalam bahsa yang berbeda. Namun ternyata keduanya ini meiliki fungsi yang berbeda. Jangan salah.
Seorang translator (penerjemah) biasanya akan bekerja pada bidang tertulis, sedangkan seorang Simultaneous Interpreter (SE) melakukannya ditempat yang sama dan secara lisan juga pada waktu yang sama. Seorang SE harus berfikir dan berbicara untuk menafsirkan pada saat yang sama, tentunya hal ini sangat sulut untuk dicapai. Karena presisi dan akurasi dalam pemahaman kebahasaan yang berbeda akan menjadi perhatian utamanya. Bukan hanya bahasa yang berbeda. Alih-alih menjadi interpreter malah kesulitan, ketika salah memahami ucapan si pembicara bahasa asing akhirnya malah menjadi petaka, dan kesalahnya menjadi kesalah fahaman yang fatal akibat salah tafsirnya (gudang-bahasaku.blogspot.com).

Note:

  1. Seorang penerjemah (translator) berbeda dengan interpreter
  2. Seorang interpreter cenderung menerjemahkan bahasa langsung pada saat yang sama, sedangkan seorang translator menerjemahkan di dalam ruangan tertentu pada bidang atau bahan yang telah tertulis atau sudah ada sebelumnya.

Sumber: