Caption dalam foto jurnalistik terkadang mampu menggiring mata untuk kembali melihat foto. Ia seakan menghembuskan nafas untuk menghidupkan foto dengan memberi pendalaman terhadap sebuah peristiwa. Ia mempertemukan foto dengan konteksnya dan membantu pembaca untuk membangun pemahaman akan sebuah cerita dari si foto.
___
Fred S. Parrish dalam Photojurnalism: An Introduction, menjabarkan bahwa caption membantu mengarahkan perspektif sebuah foto dan menjelaskan detail informasi yang tidak ada dalam gambar, membingungkan, atau tidak jelas.
___
Mengutip Cartier Bresson, ia menambahkan bahwa caption seharusnya tidak mengulang informasi yang sudah tertampung dalam gambar. Waktu pembaca terlalu berharga dan ruang pada media cetak terlalu sempit jika hanya untuk mengulang-ulang informasi. Karenanya, untuk membuat caption yang tersusun dan rapi tentunya dibutuhkan panduan yang baik, berikut adalah susunan yang baik dalam membuat caption:
Who (Siapa)
- Nama subjek terfoto. Selalu tanyakan bagaimana mengejanya supaya tidak salah dalam penulisan.
- Tanyakan umur, jika dalam foto memuat anaknya tanyakan juga umurnya dan duduk di kelas berapa si anak bersekolah.
- Tanyakan alamat subjek tinggal.
- Nomor telepon jika di butuhkan untuk informasi dan/atau konfirmasi.
- Tanyakan hal-hal lain yang relevan dengan diri subjek, misalnya apa pekerjaannya dan bagaimana kehidupannya.
- Saat memotret personal militer berusahalah agar memperoleh nama dan kesatuannya. Jangan berasumsi satu pasukan berasal dari kesatuan yang sama. Sebagian mereka bisa berasal dari marinir atau justru pasukan yang berbeda.
What (Apa)
- Selalu identifikasi peristiwa dengan benar secara menyeluruh. Misalnya untuk sebuah acara parade sekolah, jangan lupa menyertakan keterangan apakah itu acara tahunan dan seterusnya.
- Pastikan akurasinya, jangan menduga-duga.
- Cari informasi yang spesifik tentang apa yang ada di dalam foto.
When (Kapan)
- Tulislah hari dan bulan yang relevan. Jika foto dibuat dan kemudian dimuat pada tahun yang sama maka keterangan tahun boleh saja tidak ditulis, namun jika pemuatan foto setelah tahun tersebut maka tahun pembuatan harus di cantumkan. Yang penting untuk diperhatikan adalah perbedaan antara foto dibuat dengan peristiwanya. Sering kali foto jurnalistik dibuat sesaat setelah peristiwa terjadi.
- Pada peristiwa tertentu jurnalis foto harus tahu waktunya dengan pasti, misalnya sebuah kebakaran berawal pada pukul 8.20 WIB dan seterusnya.
Where (Dimana)
- Carilah data lokasi peristiwa dengan lengkap: nama jalan, desa, kecamatan, kabupaten, dan seterusnya.
- Carilah data tempat yang lebih spesifik. Misalnya nama gedung, atau pemilik tempat.
Why (Mengapa)
- Pastikan memperoleh data Why dengan benar (valid). Misalnya kenapa sebuah acara diadakan di atas danau, seorang Ibu menangis pilu, dan seterusnya. Atau keterangan berupa sebab dari suatu kejadian. Seringkali data-data tentang why ini tidak dibutuhkan dalam penulisan caption, tapi jurnalis foto memerlukannya untuk menjelaskan fotonya.
Keterangan foto lengkap yang memuat semua informasi cerita dalam foto. Caption yang lengkap biasanya disertai kelengkapan data 5W + 1H. Penulisannya berformat gaya penulisan berita, yang dapat menjawab semua pertanyaan terkait foto.
Berikut adalah beberapa foto yang saya coba paparkan kedalam foto jurnalistik beserta captionnya
![]() |
Banyaknya pengunjung Sunday Morning UGM, Yogyakarta, berbagi ruang gerak dengan area parkir di jalan depan FKH UGM pada Minggu (5/1) |
![]() |
Seorang pengunjung menggendong anaknya ketika berjalan melewati pasar tumpah di Sunday Morning, UGM, Yogyakarta (5/1) |
- Foto Jurnalistik, Taufan Wijaya, PT Gramedia Pustaka 2014
- Sumber foto oleh @enaliyuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar